09 Juni 2009

Pesan Uti untuk Wawa...

Di antara tumpukan majalah anak-anak lama yang saya rapikan, iseng saya membuka salah satu majalah anak-anak langganan Wawa, putri kedua saya, di waktu dia duduk di TK kelas nol besar. Dan kala itu kami masih berkumpul bersama almarhumah Ibu Mertua (Uti) di kota kelahiran suami karena Ayahnya anak-anak itu sedang mendapat tugas belajar di suatu universitas negeri tertua di kota Yogyakarta.

Trenyuh...sedih...dan ada rasa bangga karena di dalam lembaran majalah tersebut saya temukan gambar dan tulisan tangan Uti untuk Wawa, sebuah pesan yang saya ingat betul ketika Uti menuliskannya. Pesan itu bertuliskan,

“ Jadilah kamu seperti pohon kelapa. Jadilah anak yang berguna “

Ketika Uti menggambar dan menulis pesannya itu, dengan gaya kanak-kanaknya saat itu Wawa bertanya, “Kenapa jadi seperti pohon kelapa Uti?“.
Dengan bahasa sederhana Uti panjang lebar menjelaskan,

“Karena semua yang ada di pohon kelapa itu berguna dan memberi manfaat untuk banyak orang. Dari daunnya yang bisa jadi ketupat atau janur untuk hiasan dan kadang jadi tanda kalau ada acara pengantin. Bunga manggarnya bisa juga dimasak untuk campuran gudeg. Terus lidinya yang bisa dibuat sapu lidi yang berguna untuk bersih-bersih, buah kelapanya yang tua bisa jadi santan untuk Uti dan ibu masak.
Kelapa mudanya rasanya enak, terus air kelapanya bisa jadi obat. Batok kelapanya bisa menjadi arang, sabutnya bisa untuk mencuci piring atau untuk isi kasur. Pohonnya bisa menjadi kayu untuk membuat jembatan penyeberangan.
Makanya Wawa besok jadi anak yang berguna seperti pohon kelapa, tangannya berguna untuk rajin membantu, matanya juga berguna untuk membaca buku untuk menambah ilmu dan untuk melihat yang baik-baik.
Kakinya juga bermanfaat, digunakan untuk berkeliling jalan-jalan untuk menambah ilmu juga serta bersilaturrahim. Mulutnya bermanfaat untuk berbicara yang baik-baik, bisa memberi nasihat untuk temen-temannya Wawa… Pokoknya semua yang ada di diri Wawa dari ujung rambut ke ujung kaki seperti pohon kelapa yang semuanya bisa memberi manfaat untuk orang banyak…”

Saat Uti menjelaskan kepada Wawa nasihat itu saya cuma bisa berguman, amin..amin..
Dan baru saya sadari sekarang bahwa pesan yang di tulis Uti itu tidak hanya untuk Wawa saja tetapi sesungguhnya untuk kami semua.
Ya..sebuah pesan yang sepertinya sekarang langka di sampaikan orang tua ke anak-anaknya.



Bandung, 18 Mei 2009 M/22 Jumadil Awal 1430 H
Sepuluh hari wafatnya Uti tercinta…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar