10 Juni 2009

Ayah milih di rumah aja...

Ayah sore2 menelpon Ibu dari kantor, tapi tak tersambung. Maksudnya mau ngasih tau kalo pulang kantornya terus mau diajak temannya 'nongkrong'. Karena tak ketemu Ibu dan tiba2 saja perut Ayah mules, maka Ayah memutuskan pulang dulu, setelah maghrib nyusul rencananya. Sampe di rumah Ayah benar2 mules dan (maaf) menuntaskannya hingga lewat adzan maghrib. Setelah sholat maghrib bareng Ibu, baru Ayah bisa bilang kalo ingin ikutan temannya tadi.
Tapi kata Ibu, "Ayah ini... yang ikutan pengajian rutin di komplek, adaa.. saja alasannya ga bisa ikut. Tapi giliran diajak jalan teman koq semangat sekali...?". Ayah cuman bisa nyengir dan dalam hati merasa malu sekali. Iya ya, kok segitunya diriku, batin Ayah.
Akhirnya Ayah memutuskan untuk mengubur keinginan 'liar'nya malam ini dan merasa lebih prefer untuk menikmati pergantian hari ini dekat dengan istri dan anak2nya, karena memang itulah yang seharusnya terjadi. Karena dekat dengan keluarga adalah suatu nikmat kebahagiaan yang tak ternilai dan tak sebanding dibandingkan dengan mengumbar keinginan 'liar' yang hanya memberi kebahagiaan sesaat saja... betul kan?

1 komentar: