09 Juni 2009

Ibu Kartini itu Ibu-Ibu kita sendiri

Alhamdulillah…Ayah kami sudah pulang ke rumah setelah kemarin beberapa hari di kampung halamannya berubah status sebagai anak…dalam rangka misi birrul waalidaini.

Bahagia rasanya operasi yang di jalani Uti (Simbah Putri) bisa lancar tanpa masalah apa-apa. Semua tak lepas dari doa keluarga juga teman-teman. Tadinya sempat sedih juga karena waktu tiba saatnya akan operasi saya ditelepon si Ayah kalau dokternya sempet bermusyawarah dengan keluarga untuk minta dimaklumi jika terjadi apa-apa setelah operasi, karena kondisi Uti yang sepuh dan dari hasil rontgen jantungnya Uti membesar bisa membuat proses anestesinya nanti beresiko besar.
Alhamdilillaah wassyukru lillaah…ternyata semua bisa dilewati Uti dengan lancar.

Dan dari cerita-cerita Ayah, setelah beberapa hari menjaga Uti di rumah sakit, bertambah-tambahlah kekaguman saya akan sosok beliau. Uti yang terbaring lemah tetap tidak mau kalau untuk keperluan buang air kecil atau besar harus memakai pispot. Uti tetap ingin ke kamar mandi agar lebih terjaga kesucian badan. Begitu juga untuk sholat. Semangatnya berjalan ke kamar mandi untuk berwudlu lalu melakukan gerakan sholat sambil duduk begitu luar biasa. Padahal setiap kali berusaha untuk bangun dari tempat tidur itu membuat selang infusnya harus sering di perbaiki posisinya.

Ah…Uti.. saya pun pernah merasakan bagaimana sakit dan pegalnya tangan kalau sedang diinfus. Apalagi harus membayangkan berulang kali jarum infus di tusuk-tusuk ke kulit tangan untuk mencari urat nadi agar infusnya bisa jalan.

Ya..itulah Uti kami…
Semangat beliau di waktu sehat, dan pembawaan beliau yang tidak bisa berdiam diri dan juga tidak manja. terbawa sampai kondisi sakit sekalipun. Sehingga untuk makan saja beliau berusaha sendiri, tidak mau disuapin.
kekaguman demi kekaguman akan beliau, berujung menjadi inspirasi bagi saya untuk berjuang dan berusaha menjadi seorang ibu yang tegar, kuat..penuh semangat dan mengisi hari-hari dengan hal-hal yang bermanfaat.

Bolehkah jika saya sampaikan kepada teman-teman..?
Jika tanggal 21 April nanti kita memperingati hari Ibu Kartini yang harum namanya dengan perjuangan Emansipasi Wanita.
Dan kita ahirnya memuji-muji jasanya.
Mengapa tidak kita peringati saja, dan mengagumi, selalu dan selalu tanpa perlu hari-hari tertentu, akan sosok-sosok Ibu yang berada di kehidupan kita sendiri .
Mungkin kita pernah berselisih faham dengan mereka, tapi alangkah indahnya jika kita tanamkan di hati….
Yang karena perjuangan dan doa Ibu, kita bisa seperti sekarang ini ?
Yang kalau bukan karena perjuangan dan doa Ibu, kita bukanlah siapa-siapa ?
Dan menurut saya, perjuangan beliau-beliau, Ibu-ibu kita, tidaklah kalah dengan perjuangan Ibu Kartini.
Dan rasanya tak kalah mulia jika kita menjadikan perjuangan beliau-beliau sebagai inspirasi menuju perbaikan diri.

Teringat saya akan untaian syair :

RidhoNya Tuhan-Mu ridhonya Ibu juga
murkanya Ibu-mu murka Tuhan juga
surganya Tuhan-Mu di bawah kakinya...................
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar