11 Juni 2009

Mengapa saya dipanggil Molek...

Lahir dan di beri nama yang tidak sembarang oleh orang tua. Sepertinya itu juga yang terjadi pada saya. Sewaktu masih bayi yang belum berumur tujuh hari, menurut cerita Ibu, nama saya masih dirahasiakan oleh Ayah. Tinggallah Ibu dan Nenek saya yang kebingungan hendak memanggil saya. Di masa tujuh hari itulah karena melihat saya sebagai seorang bayi yang cantik, diam, engga rewelan dan banyak boboknya (berarti kalau sekarang saya-nya gampang tidur, cantik dan ngga rewelan, itu memang sudah bawaan dari bayi kali ya, he..he..memuji diri sendiri nih jadinnya..) maka mereka berduapun akhirnya menentukan sebuah nama panggilan.
Molek... begitulah Ibu dan Nenek saya memanggil si bayi itu.... dan melekat hingga saat ini.

Ternyata, setelah tujuh hari nama panjang saya baru di umumkan pada saat acara aqiqah saya. Wahidah Murodi, adalah nama yang diberikan Ayah saya. Tuh... makanya seperti tidak nyambung banget dengan nama panggilan saya hasil 'kreasi' oleh Ibu dan Nenek saya di atas.

Waktu kecil sih seneng-seneng aja saya dipanggil Molek. Semua pada bilang Molek itu artinya cantik. Karena masih kecil ya ngga nyadar aja akan diri sendiri, jadi dibilang cantik ya..nurut-nurut aja hi..hi..hi..

Ketika beranjak masa remaja, ABG kalau istilah sekarang, nah, disini nih jadi mulai kerasa ngga nyaman dengan nama panggilan Molek. Karena selain sudah mulai ngerasa punya wajah ngga cantik-cantik amat, ketika hendak kenalan dengan teman-teman ada rasa malu ketika menyebutkan nama Molek. Tapi, Alhamdulillah masa-masa ngga pede ini ngga berlarut-larut. Karena saya menyadari Ibu dan Nenek menciptakan nama panggilan sayang tersebut jelas merupakan panghargaan terindah pada saya, dan juga merupakan doa tentu saja. Makanya walau setelah gede wajah saya ngga cantik-cantik amat, tapi mudah-mudahan yang tetap dan semakin cantik adalah akhlaknya. Amin...

Karena saya asli orang Palembang yang betul-betul asli (he..he..emang ada Palembang palsu gitu..), maka kalau di kampung saya, apa itu para orang tua, sesama anak muda dan anak-anak memanggil saya dengan sebutan Cek Molek, karena di Palembang Cek itu seperti Mbak dalam bahasa Jawa. Makanya, bahkan kemarin ketika suami masih dinas di kota Palembang, istri-istri dari temen-temen kantornyapun ikut pula memanggil saya Cek Molek (duh... jadi keinget sama temen-temen itu nih... Cek Desi, Mbak Novi, Mama Yasmin, Mama Hafidz, Yuni.....apa kabar semua?)

Sekarang ketika jauh dari kota kelahiran dan tidak ada yang tahu nama kecil saya, apalagi tinggal di lingkungan komplek perumahan yang rata-rata menyebut dengan nama suami, membuat saya kadang rada ada sesuatu yang hilang. Habis saking kebiasaan di kuping dipanggil Molek, eh.. waktu arisan RT diteriakkan oleh ibu-ibu itu nama yang mendapat kocokan arisan, " Bu Akhid...!!" saya cuma bengong, karena merasa bukan nama saya yang di panggil. Ha..ha..ha.. tinggal ibu-ibu itu aja yang pada ribut, "Kenapa Bu Akhid ?.. Ngga mau ya...?" Ha..ha..ha...
Ah, ibu-ibu itu belum pada tahu bengongnya saya bukan ngga mau dapat uang arisannya tapi
ada sejarahnya sendiri..he..he..he...

Ya...itulah kisah nama kecil saya yang akhirnya menjadi inspirasi kita untuk menamakan blog kita ini dengan "Keluarga Molek"........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar