09 Juni 2009

kerelaan

Ada teman lama yang baru saya jumpai lagi lewat jejaring FB ini, dan ia bertanya, kegiatan saya sekarang apa. Dengan bangga (tanpa bermaksud sombong) saya katakan saya masih seperti dulu, one hundred percent IBU RUMAH TANGGA total-setotalnya ha..ha..ha…
Gimana ga total ya, dari setelah sholat shubuh saya sudah mulai dinas di dapur menyiapkan sarapan, berbagi tugas dengan suami yang beres-beres dan menyapu halaman, semua aktivitas rumah tangga yang lainnya saya jalani sendiri (kecuali untuk menyeterika baju saya mempunyai asisten sendiri he..he..).
Lalu menurut teman saya itu juga, “Menjadi seorang ibu rumah tangga sangat nikmat, karena tidak semua orang dapat melakukannya agar bisa mendekati sempurna”.

Yups.., untuk pernyataannya yang satu ini saya sangat-sangat setuju sekali. Dan kalau boleh saya berpendapat, siapapun kita yang telah menjadi seorang ibu (baik ibu yang berkarier atau yang di rumah saja) dan telah mendapat amanah dariNya yaitu putra-putri kita untuk kita pelihara dan didik sebaik-baiknya, maka kita punya kesempatan setiap saat untuk menjadi seorang ibu yang mendekati sempurna.

Dan saya paham akan makna dari pernyataanya ‘tidak semua orang dapat melakukannya’. Untuk yang satu ini pun saya setuju lagi (he..he..kapan tidak setujunya ya..). Karena mungkin yang dia maksud adalah beda antara peran seorang ibu rumah tangga yang berkarier yang tidak bisa menyertai hari-harinya untuk selalu bersama buah hati mereka di bandingkan peran seorang ibu yang di rumah saja dengan diisi berbagai kegiatan bersama buah hati dan tetek bengek urusan rumah tangga lainnya.

Terus terang, ketika si sulung saya masih bayi, tiap pagi acara saya rutin ke warung sambil menggendong anak untuk belanja sayur dan di pikiran yang ada cuma “hari ini masak apa ya..?”, sementara waktu itu di daerah tempat saya tinggal dekat dengan area perkantoran, kalau berpapasan dengan ibu-ibu muda cantik-cantik yang mau berangkat ke kantor dan saya berpikir, “Alangkah enaknya jadi wanita yang berkarier, mau beli apa-apa juga tinggal beli karena punya penghasilan sendiri, sementara saya harus pintar-pintar mengatur uang pemberiaan suami biar cukup sampai sebulan. Lagian kalo kerja bisa punya temen kerja yang banyak sambil bercanda, bisa keluar rumah tiap hari..ada pemandangan yang lain..ga kayak saya di rumah terus cuma sibuk ngurusin anak yang pipis, pup.. nangis.. mimik..dan kerjaan rumah tangga yang perasaan ga ada beres-beresnya dan bla..bla.. pikirin jelek lainnya”

Tapi itulah kelemahan saya waktu itu sebagai manusia biasa yang belum ridho/rela atas status saya sebagi ibu rumah tangga., duh.. ada iri di hati ini dan rasa belum bangga dan bersyukurnya saya sebagai ibu rumah tangga.

Kebetulan ada teman kerja sekantor suami, seorang ibu dan putrinya yang masih berusia 3 tahun dan kebetulan rumahnya dekat dengan kami. Adalah suatu hikmah bagi saya, ketka saya merasakan betapa kasihan melihat dia yang kerap kali bingung ketika anaknya sakit padahal tidak bisa meliburkan diri dari pekerjaannya. Sampai suatu hari ia datang dan minta tolong menitipkan putrinya ke saya karena dia bertambah bingung antara harus ke kantor sementara pengasuh anaknya mendadak minta berhenti dan tak mungkin mencari penggantinya dalam waktu sehari dua hari (untuk masalah seperti ini tampaknya perkara yang susah-susah gampang, banyak susahnya ketimbang gampangnya he..he..)

Nah….sejak ‘ketitipan’ mengasuh anak tetangga tersebut, di hati ini tidak ada sedikitpun lagi perasaan iri seperti yang saya ceritakan tadi dan Alhamdulillah ,Allah dengan cepat menyadarkan saya untuk bersyukur dan ridho atas kodrat saya sebagai ibu rumah tangga sepenuhnya, yang setiap saat punya keistimewaan waktu mendampingi anak-anak bermain. Dimasa usia mereka yang dini, mengajari mereka membaca, menulis, berhitung, mengaji sebagai langkah awal yang Insya Allah merupakan bekal mereka untuk sukses di dunia dan akhirat (Amin..)

Adalah telah menjadi suatu kebanggaan dan kepuasan batin yang tak bisa terlukiskan dengan kata-kata manakala saat ini melihat mereka tanpa terasa telah tumbuh besar dan mengurusnya tidak lagi terlalu serepot ketika mengurus mereka kecil dulu yang saya lakukan dengan segala daya dan usaha sendiri dan tentu saja tanpa terlepas dari pertolongan Ilahi karena saya sadari semua itu adalah karuniaNya semata.

Masih sering saya jumpai beberapa teman-teman yang dulunya semasa lajang bekerja dan setelah menikah menjadi ibu rumah tangga saja, banyak dari mereka kadang terlontar ungkapan kejenuhan akan rutinitas sehari-hari yang itu-itu saja. Dan malah berniat ingin kembali bekerja. Tetapi ada juga beberapa dari mereka yang malah menikmati dan enjoy dengan tidak bekerja lagi karena anak-anak yang lebih terawat dan bisa merasakan kasih sayang ibunya sehingga mereka tidak rela jika anak mereka di asuh orang lain.

Baru saja ada kejadian yang bikin hati saya miris dan mungkin bisa jadi gambaran sekaligus renungan bagi teman-teman ibu-ibu rumah tangga lainnya yang dilanda kejenuhan dengan hari-hari yang hanya terisi bersama tingkah polah buah hati yang bikin senang di hati tapi juga terkadang bikin emosi.
Kemarin, saya pergi ke bank dengan mengajak Si Kecil. Customer servicenya yang cantik dan masih muda yang melayani saya menyapa dan bertanya sambil memperhatikan Si Kecil saya, “ Adek..lucunya…Berapa umurnya bu..?”. “Tiga tahun lebih..”jawab saya. Lantas dia menyambung ucapannya disertai mimik muka memelasnya yang membuat hati ini berdesir, “Ihhh..sama kayak anak saya bu..anak saya juga tiga tahun, lagi lucu-lucunya, kalo pagi pas mau saya tinggal rasanya kasihan banget..makanya kalo lihat anak kecil, saya suka keinget dan rasanya pengen cepat pulang..” Masyaa Allaah…semua adalah kehendak Allah..

Menjadi ibu rumah tangga saja adalah derajat yang mulia dan harus kita syukuri. Tetapi, menjadi ibu rumah tangga sekaligus wanita karierpun derajat yang mulia pula karena di satu sisi, punya potensi besar sukses dalam karier, namun di sisi lain, tidak bisa melepaskan diri dari kodratnya sebagai wanita yang harus menjalani tugas dan peran sebagai ibu rumah tangga, mengurus suami dan anak-anak.

Ahirnya.. sepertinya semua akan bisa terasa sangat nikmat jika kita mampu melakoninya dengan ‘kerelaan’ dalam menerima dan menjalani peranan hidup kita masing-masing....bersama dengan bimbingan dan arahan sang MAHA SUTRADARA…………..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar