15 November 2009

"Tergoda" rasa rindu

Masih di bulan dzulqaidah...

Undangan acara walimatu-assafar (perayaan syukuran untuk acara keberangkatan) dari tetangga dan teman yang akan menunaikan ibadah haji adalah agenda silaturrahim yang terus saya hadiri, sampai pada acara pelepasannya yang selalu diadakan di masjid ketika menjelang akhir keberangkatan. Menyaksikan dan mengikuti acara pelepasan tersebut telah membuat saya terpesona dan ada keharuan yang tak bisa saya sembunyikan. Terpesona karena betapa mereka telah terpilih untuk menjadi tamu-tamunya Allah di tanah suci, dan lebih terpesona lagi jika di antara mereka telah mendapat undangan sebagai tamunya Allah di usia yang masih sangat muda (ini salah satu yang selalu membuat saya iri ...). Terharu karena mereka telah membulatkan tekad untuk menunaikan rukun islam yang kelima demi kesempurnaan ibadah mereka sebagai hamba Allah, di iringi isak tangis dan peluk cium anak, keluarga, kerabat, sahabat dan tetangga mereka, pasrah meninggalkan harta benda dan anak-anak serta keluarga mereka, dan lebih terharu lagi karena selalu di hati ini ada rasa sedih dan pertanyaan, "Kapan tiba waktunya untuk saya, Yaa Allah..?"
Insya Allah dengan penuh keyaqinan akan KekuasaanNya Allah dan limpahan karuniaNya akan bisa saya panen hikmah dan keberkahan dari semua itu.

Bagi mereka yang telah menunaikan ibadah haji, menghadiri acara walimatussafar bisa sebagai sarana kesegaran keimanan, sedangkan bagi mereka yang belum, khususnya ya saya sendiri, acara walimatussafar di tambah dengan tausiyah-tausiyahnya yang kerapkali menceritakan bagaimana tata cara dan akhlak ketika seorang hamba menjadi tamunya Allah dan hakikat ibadah haji itu sesungguhnya, bukan hanya menambah kesegaran keimanan di jiwa, tapi terlebih dari itu, menambah membuncahnya kerinduan saya untuk bisa menunaikannya.



Rasanya terlalu sering saya dengar atau baca cerita-cerita mereka yang mendapatkan keajaiban-keajaiban kejadian pada saat melaksanakan ibadah haji. Tapi yang terkadang membuat miris juga adalah ketika adanya cerita-cerita bagaimana sifat kelakuan kita di keseharian akan di balas di sana dengan kejadian-kejadian yang tidak terduga. Padahal kalau kita pikir kenapa Allah harus menghukum atas kelakuan buruk kita di sana? Toh sekarangpun, tanpa kita sadari, Allah dengan berbagai cara telah mengingatkan dan menegur kita atas kelakuan buruk kita tanpa harus ke tanah suci. Hanya kita terkadang yang tidak peka akan hal itu, sehingga cerita-cerita akibat perbuatan buruk kita sehari-hari akan mendapat balasan di sana jugalah mungkin yang kadang membuat mental sebagian kita maju mundur untuk memulai berniat menunaikan ibadah haji dengan berbagai alasan dan ujung sebenarnya sepertinya adalah kita belumlah siap secara mental, meskipun banyak diantara kita yang secara ekonomi bukan merupakan suatu kendala,

"Tanamkan niat di lubuk hati terdalam", menurut mereka yang telah menjalaninya adalah modal utama untuk bisa menjadi tamuNya Allah. Karena berapa banyak hal-hal yang tidak bisa di logikakan, seperti misalnya ada yang mereka ekonominaya pas-pasan, tapi jika sudah menjadi kehendakNya dengan melalui perantara dan cerita-cerita menarik, ternyata mereka bisa melaksanakan ibadah di tanah suci. Tapi tak bisa kita tepis pula adanya mereka yang secara logika biaya bukanlah halangan tapi tetap tidak ada kesempatan dan bahkan ada saja berbagai halangan yang menyebabkan mereka tertunda menikmati jamuan Allah sebagai tamuNya.

Sebagaimana dijelaskan oleh seorang sufi pada abad pertengahan Islam (1000-1250 m) asal Nishafur, Iran, Syaikh Abu Qasim Al-Qushairi, dalam kitabnya, Lathaif al-Isyarah, ( kutipan majalah al-Kisah edisi 24 / tahun VI / November 2008 ) ibadah haji laksana mengunjungi rumah seorang sahabat, bahkan kekasih. Tujuannya bukanlah rumah itu, melainkan pemilik rumah itu sendiri.

Maka dari semua itu...

Alangkah indahnya jika hati kita "tergoda" rasa rindu yang mendalam pada suasana religius dan mengharu kalbu, untuk bisa memandang Masjidil Haram.
Kemudian shalat langsung di depan megahnya bangunan ka'bah sebagai kiblat kaum muslimin di seluruh dunia dan berziarah ke makam Baginda Rasulullah SAW.
Alangkah indahnya jika kerinduan selalu mampu mengusik kalbu untuk bisa menjadi Dhuyufur Rahman, tamu Allah Yang Maha Pengasih.
Alangkah nikmatnya membayangkan dimana nanti saatnya kita telah berada di puncak rasa penghambaan pada Sang Ilahi.
Sehingga mempunyai kesempatan untuk bisa mengetuk pintu rumahNya seraya menyapaNya dengan terisak dan deraian air mata agar di perkenankan terbukanya pintu maghfiroh dan keridhoan-Nya

"LABBAIK....ALLAHUMMA LABBAIK....LABBAIK LAA SYARIILAKA LABBAIK.........INNAL- HAMDA , WAN NI'MATA, LAKA WAL MULKA , LAA SYARIIKA LAK. LABBAIK ALLAHUMMA LABBAIK...................""

Dengan Kasih dan Sayangnya Allah, bagi kita yang belum melaksanakan ibadah haji senantiasa berharap moga kita segera bisa menjadi tamuNya.....
Dan kepada keluarga, sahabat, sanak kerabat yang tengah menunaikan ibadah haji mudah-mudahan senantiasa diberi Allah kemudahan dan kesehatan sehingga menjadi haji yang mabrur..

Bandung, 24 Dzulqaidah 1430 H/ 12 November 2009 M