09 Juni 2009

Acara berkunjung, mengunjungi taman-taman kebajikan.....

Kamis 21 Mei 2009, tanggal merah dan hari libur nasional..

Bagi saya dan anak-anak kemarin adalah hari yang “home sweet home”, tidak bisa jalan-jalan karena kondisi kesehatan ayahnya yang tidak fit.
Dan bertambah “home sweet home” lagi suasananya ketika agak siang tanpa saya dan suami duga kami kedatangan sahabat suami, sepasang suami istri yang dulunya kuliah bareng dengan ayahnya anak-anak. Ikut juga satu putra dan satu putri mereka.

Mereka adalah sebuah keluarga yang terpisah oleh jarak dikarenakan pekerjaan suami dan istri yang berbeda kota dan kami tahu kepulangan sang suami ke Bandung karena memanfaatkan liburan itu, maka saatnyalah berkumpul dan bercengkrama bersama anak-anak, mengganti waktu kebersamaan yang telah terlewatkan. Tapi saya dan suami sangat-sangat kagum, di tengah kesempatan mereka membahagiakan anak-anak karena mumpung kumpul, mereka menyelakan waktu untuk bersilaturrahim kerumah kami. Kalaupun maksudnya untuk menyampaikan ucapan belasungkawa atas kepergian ibu, sebenarnya mereka telah ikut menyampaikannya lewat sarana FB ini. Ternyata saya nilai mereka masih memegang teguh nilai luhur dari rasa semedulur (persaudaraan).

Sebelum pamit pulang sahabat suami itu berkata,”Jaman kita ini sebenarnya memang sudah canggih, jarak berjauhan tapi sekarang itu bisa terasa dekat karena bisa bersendagurau setiap saat (mungkin karena adanya FB maksudnya..). Tapi ya..ini kita memang betul-betul niat pengen ke sini..”. Dan di sambunglah kata-katanya oleh suami saya, “Iya ya.. bertemu langsung kayak gini itu memang harus diniatin betul dan harus sifatnya dikejutkan “

Mungkin ini cerita dan kejadian sederhana, tapi bagi kami kunjungan mereka teramat berkesan di hati dan mengandung nilai makna yang begitu sangat beharga. Mereka dengan penuh keikhlasan menyempatkan waktu menyambangi kami, dalam rangka bersilaturahmi dan mungkin sekaligus bertakziah atas meninggalnya ibunda kami.

Dan yang lebih hebat lagi, acara berkunjung sahabat dari suami tersebut bersama putra-putri mereka adalah suatu pelajaran yang sangat mulia bagi anak-anak, karena secara tidak langsung mereka telah menanamkan di diri putra-putri mereka dan juga putra-putri kami akan arti nilai tali silaturrahim dan cara bagaimana harusnya berbagi kasih sayang kepada saudara yang sedang tertimpa musibah.

Suatu pelajaran yang mungkin di sekolah hanya anak-anak dapatkan secara teori belaka.

………………..

Tersadarlah diri ini, wahai Robbi..., di tengah lingkungan kehidupan kami di kota besar khususnya, di mana kami lebih sering di sibukkan dengan rutinitas amal ibadah keseharian berupa pekerjaan dan keluarga, sehingga terkadang seperti tidak punya sedikitpun waktu yang luang untuk satu amal sholih yang sering kami sepelekan. Seperti tak sempat kami mengunjungi taman-taman kebajikan dengan menyibukkan diri ini untuk saling memberi kasih sayang dengan saling mengunjungi….
meringankan beban sesama…
mempererat persaudaraan….
dan bersilaturrahim…
Yang dengan semua itu, niscaya bisa menjadi pencerah hati kami dari kecemasan kejenuhan dan kegundahan hidup ini…
Dan dengan semua itu pula akan kami dapatkan kedamaian hati dan kebahagian dalam semua sisinya, rasa, warna, dan juga hakekatnya……

………………………….

Acara berkunjung………
Mudah-mudahan Allah memberikan ganjaran sebagai amal sholih bagi mereka sekeluarga….

Acara berkunjung……..
Budaya luhur yang semoga tidak luntur….

Bandung 21 Mei 2009

Teriring ucapan ‘matur nembah nuwun’ untuk Mas Rahmat dan Mbak Andang, Alif, juga Farah…..

(beberapa bagian tulisan ini saya kutip dari “La Tahzan; DR,’Aidh al-Qarni” )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar