05 Juli 2009

Mendaftarkan Sekolah Lanjutan buat si Mas....

Pengumuman kelulusan anak-anak sudah ..
Penerimaan nilai anak-anak sudah..
Sekarang tinggal menunggu pengumuman diterima atau tidak mereka di SMPN yang dituju atau malah ada sebagian yang sudah tenang karena tidak mengincar masuk ke SMP negeri tapi langsung mendaftar di SMP non negeri pilihan masing-masing.

Yang repot ya orang tua lagi..
Mendaftarkan anak-anak sesuai sekolah yang diinginkan.

Tetangga saya baru saja pulang dari Ponorogo, mengantar putranya yang baru lulus SD dan akan meneruskan SMP di Pondok Pesantren Gontor Jawa Timur.

Sempat iri juga sama Ibu tersebut, kok bisa ya..anaknya mau masuk pesantren?
Gimana cara dia memantapkan hati anaknya untuk bisa lepas dan mandiri jauh dari orang tua untuk selanjutnya bergaul dan belajar di pesantren? Karena terus terang saya tadinya ada keinginan untuk memasukkan si Mas, putra sulung saya, ke pesantren setelah tamat SD. Tapi dia selalu ada saja jawabannya. Malah terakhir kemaren jawabannya lebih sering begini, “Bu..kata Ustadz Hammad (guru dia mengaji sehabis maghrib di masjid), kalo anaknya ga mau masuk pesantren jangan di paksa, nanti kalo engga’ betah bisa kabur lo..”. He..he..saya dan ayahnya cuma bisa tersenyum geli karena dia mempunyai senjata ampuh untuk menolak masuk pesantren atas nama “kata ustadz”nya itu.

Dari teman-teman juga saya dapat masukan kalo anak di sekolahkan di sekolahan negeri katanya sayang, karena pelajaran ilmu agamanya sedikit. Dan yang paling ditakutkan teman-teman saya adalah lingkungan pergaulan anak-anak nantinya. Lebih baik di masukkan ke sekolah agama swasta yang berkualitas kalau tidak mau masuk pesantren. Di kota Bandung sendiri tersedia banyak pilihan sekolah dengan label agama plus-plus yang pelajaran agamanya banyak dan bersistem fullday school.

Saya sih sebenernya mau saja anaknya masuk sekolah agama swasta yang menjanjikan anak-anak akan berakhlakul karimah. Tapi ketika saya tahu biaya untuk masuk kesana yang ow... tidaklah murah, bahkan mahal sekali (itu sih menurut saya). Bagi yang mampu mungkin bagi tak jadi masalah dan mungkin malah nyaman karena dengan keluar biaya yang segitu banyaknya akan merasa anaknya bakal terjamin bekal ilmu agamanya, lingkungannya dan masa depannya. Kayaknya inipun sudah jadi hukum keseimbangan alam, dimana semakin gede penghasilan orang tua maka untuk menyekolahkan anak-anakpun harus yang keluar biaya gede juga, walau engga semua seperti itu sih…

Alhamdulillah putra saya manut-manut saja ketika kami beri gambaran bahwa dia masuk SMP negeri klaster kedua (SMP kelompok menengah) saja dan kebetulan yang dekat dengan rumah. Tapi rupanya guru-guru SDnya menyayangkan karena sebenarnya nilainya bisa bersaing untuk masuk di SMP negeri klaster pertama dan menganjurkan sebagai pilihan pertama pendaftarannya. Akhirnya kami mengikuti anjuran tersebut, dan tetap dengan pilihan kedua sekolah negeri yang tidak begitu jauh jaraknya dari rumah.

Masyaa Allaah..semua memanglah atas izin Allah jua. Tanpa beban saya dan suami kembalikan semua kepada Allah..bagaimana hasilnya nanti.

Mungkin kami orang tua yang terlalu berpikir secara sederhana, mau dimana juga putra kami sekolah asal dia mau belajar dan berusaha untuk menuntut ilmu agama di manapun kapanpun dan terutama berbakti pada orang tua, Insya Allah dia tidak hanya akan bisa mencapai cita-citanya tapi juga yang terpenting kami selalu berharap akan hidayah dariNya agar putra kami selalu berada pada “Sabiilil Rosyaad”, jalan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Ya..semua terasa ringan jika di serahkan kepada Allah, bagaimana nanti pergaulan dia di SMP yang katanya marak dengan geng-gengan, pacaran dan banyak lagi cerita serta bayangan-bayangan kekhawatiran seperti teman-teman saya yang anaknya seusia putra saya kemukakan. Tapi dengan Bismillaah saya tanamkan di hati suatu keyaqinan bahwa anak saya adalah titipan amanah dari Allah maka dengan penuh rasa khouf (ketakutan) dan roja’ (pengharapan) hanya kepada Allah saya minta pertolangan dan menitipkan dia kembali untuk selalu berada dalam penjagaan dan lindunganNya.

Sayapun akhirnya mengambil hikmah tersendiri dan berpikir mungkin bukan jalan hidup putra saya untuk menuntut ilmu di pondok pesantren. Setiap anak-anak telah mempunyai jalan dan cara mereka dalam menempuh cita-cita sesuai bakat dan bidang mereka masing-masing untuk kelak menjadi manusia yang bermanfaat. Semua telah di atur oleh yang Maha Kuasa. Dan adalah kita sebagai orang tua menjadi bahagian yang mempunyai peranan penting untuk selalu ada di jiwa anak-anak kita guna membimbing mendoakan dan menghantarkan mereka kepada satu tujuan “anfa-u’hu linnaas” ( berguna bagi manusia), sebagaimana hadist Nabi “ khoirun naas anfa-u’hu linnaas”, sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat buat yang lainnya.

Amien..amien yaa robbal aa’lamien…

Bdg, 040609

Tidak ada komentar:

Posting Komentar