10 Januari 2011

Syawal 1431 H

Masih berada di bulan mulia Syawal 1431 H ini, izinkan saya tuk meminta maaf atas semua kesalahan baik-secara lahir lewat canda dan kata yang mungkin telah menyakiti hati, atau secara bathin yang tanpa sepengetahuan teman-teman telah atau pernah terbetik di hati mencela bahkan telah menjadikan saya bergunjing di belakang. Astaghfirullah..sekali lagi maaf dari teman-teman amat sangat saya harapkan.
Alhamdulillah setelah hilang semua lelah dan Allah kembali memberikan 'afiaat kesehatan setelah mudik lebaran, saya baru bisa menyapa teman-teman di sini.Sungguh satu minggu dari pulang kampung adalah waktu yang maksimal untuk penyesuaian hidup kembali normal karena telah kembali ke dunia nyata. Maklum dan biasa lah...setiap lebaran dan pulang kampung, sepertinya itu merupakan suatu cerita hidup yang bagaikan mimpi sekejap ketika bisa liburan ketemu sanak saudara.

Kalo cerita ringan dari saya pas mudik ke kampung suami gini nih, rasanya ada rasa berbunga lo jika ada yang berkata "Waah tambah cantik sekarang ya...dah seneng ya tinggal di Bandung.." Haha..maklum manusiawi lah kalo namanya dipuji ya seneng rek..:). Atau ada juga yang kasih komen, " Kok ga gendut-gendut sihh.. Keciill aja ??" Haha....kalo yg komen kayak gini saya paling cuma bisa senyam-senyum dan saya jawab, " Wahh saya memang ndak bakat gendut kok.." : ) Rupanya di kampung masih menganggap gendut itu lambang kemakmuran. Jadi buat teman-teman yang sekarang dah berbadan subur malah harus bersyukur loh...Habis kalo dietnya sukses dan pulang kampung dengan badan yang ramping nanti mungkin bisa jadi dikira orang-orang yang ada di kampung kita, kita ga bahagia hidupnya di kota dan lebih parah dikiranya kita penyakitan malah hehe...
Oya saya juga mungkin bisa bagi cerita ke teman-temen dan anggap aja ini curcol ( curhat colongan ) saya. Ssstt..saya itu ternyata mengalahkan rekornya Bang Toyib yang tiga kali lebaran tidak pulang-pulang. Karena saya lima tahun loh tidak pulang-pulang Palembang. Lima tahun..!! Maka berulang selama lima tahun pula saya selalu berlebaran di Jawa di kampungnya suami. Sampai-sampai saudara saya di Palembang bilang kalo tukang sayur langganan saya dulu di sana bertanya apa saya tu sudah sampai melupakan kampung halaman sendiri, hehe...
Sungguh sebenarnya saya kepingin untuk pulang kampung sendiri. Minta izin suami dengan merengek atau membujukpun sebenarnya bisa saya lakukan sebagai senjata tuk mengabulkannya. Tapi setiap kali akan memasuki bulan Ramadhan atau pada saat liburan kenaikan kelas anak-anak sekolah, yang namanya mertua selalu lebih dulu melalui telepon menanyakan, kapan mudiknya, kapan pulangnya ke Jawa. Nah, Inilah yang membuat suatu pertimbangan khusus bagi saya dan pada akhirnya mengesampingkan keinginan pulang kekampung halaman saya sendiri. Lagipula memang Ayah dan Ibu saya sendiri sudah lama tiada, berpulang dan beristirahat di alam barzakhnya (..Allahumma Amiin....).
Sebenarnya kemarin di lebaran kali ini begitu memuncak hasrat saya tuk bisa duduk bersimpuh di makam Ayah dan Ibu, jumpa sanak saudara dan teman-teman yang sudah lama saya rindu. Suami juga telah menawarkan apakah kali ini saya ingin berlebaran di Palembang.Tapi kembali telepon yang saya terima masih di awal Ramadhan kemarin dari Mbahnya anak-anak yang menanyakan kapan pulang ke Jawa membuat saya tidak tega. Alhamdulillah, saudara-saudara saya disanapun amat sangat mengerti. Dan dengan pengertian dan dukungan mereka pula saya kembali mantap tuk mengurungkan niat tersebut.
Sedikit titip pesan keteman-teman, pernah di pengajian yang saya ikuti, dikatakan kalo di dalam surga nantinya ada aksesoris yang disediakan untuk anak-anak yang berbakti pada orang tuanya ketika mereka masih hidup. Rasulullaah SAW pun bersabda yang intinya, "Rugi dan celakalah kita ketika orang tua kita masih hidup tapi kita tidak berbakti pada keduanya". Na 'uudzubillah min dzaalik...
Orang tua...

Yaa... sepertinya merekalah perekat anak-anak yang masing-masing telah terpisah di belahan bumi ini dengan berbagai aktivitas untuk berkumpul di hari Raya. Orang tua.. adalah Magnet yang teramat luar biasa yang menyedot semua energi kita sehingga rela menempuh jarak yang jauh dengan berbagai cerita perjalanan yang terkadang tak mudah karena harus bermacet ria. Sedih dan kerinduan yang membuncah karena telah kehilangan Ibu atau Ayah kita akan amat terasa ketika hari raya tiba.
Saya hanya berharap semoga Allah senantiasa menjaga keikhlasan serta menjauhkan hati ini untuk tidak tercemar sedikitpun dari niat yang tidak baik. Sehingga menjadikan apa yang telah kita lakukan dengan mudik pada hari raya kemarin selayaknya sebagai suatu tanda bakti suci, cinta kasih tak berpamrih sebagaimana yang telah diberikan oleh orang tua kita dulu. Dan hanya itulah sedikit wujud bakti tulus yang mampu kita persembahkan pada orang tua sebelum mereka atau bahkan kita yang terlebih dahulu tutup usia.
Teriring doa....
Allaahummaghfirlanaa waliwaalidainaa war hamhumaa kamaa robbayaanaa soghiiroo..
Allaahummaj 'alnaa minal 'aa idhiin..wal faa izhiin...
a 'Aadahullaahu 'alainaa bissa 'aadati walkhairi warrafaahiyah.
Wakullu 'aamin wa nahnu bikhair.....
Amiin Yaa Robbal 'Aa lamiin...
----------------
Bandung, 13 syawal 1431 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar