10 Januari 2011

Si Cantik.. gendut ..kriting.. ku sudah 10 tahun....

Farwa Mausali (Wawa, atau si Mbak, panggilan kesayangannya), putri saya yang kedua, sekarang baru duduk dikelas lima SD. Tapi berat badannya, hhmm... jangan ditanya, sudah mendekati berat badan ibunya.

Masih segar dalam ingatan ketika mengandungnya, Si Mas kakaknya yang sulung waktu itu baru berusia dua tahun setengah. Di setiap selesai shalat tanpa saya ajari dia akan khusyuk berdoa, " Robbii, kulo nyuwun adek yang cantik..Robbii, kulo nyuwun adek yang ndut... Robbii, kulo nyuwun adek yang keriting..."

Hehe..terus terang saya tidak hanya geli di saat dulu dia mengucapkan doa seperti itu. Sampai sekarangpun kalo mengingat doa kakaknya itu dan melihat fisik dari adeknya sekarang memang sesuailah apa yang ia mohonkan pada ALLAH. Cantik.. gendut ..kriting.. hehe...*sesuai pesanan*.

Namun itulah juga yang malah akhirnya selalu membuat orang tidak percaya bahwa saya yang mungil ini adalah ibunya. Dulu pernah beberapa kali kejadian kala usia bayinya ketika saya membawanya ke posyandu atau ketempat lainnya, dikira orang-orang saya ini pengasuhnya haha...* nasibb..*

Namun Alhamdulillaah, walau penuh dengan cerita keprihatinan saat mengandung dan proses melahirkannya, saya betul-betul bersyukur Allah telah percaya menitipkannya dengan sehat selamat dari semenjak dalam kandungan sampai ia dilahirkan. Bagaimana tidak prihatin, di saat kami sedang menetap di Jawa di saat ia berusia lima bulan dalam kandungan, saya harus menerima kabar mengejutkan bahwa Ibu saya yang berada jauh di pulau seberang dan telah hampir dua tahun berpisah, tiba-tiba meninggal dunia.

Saat itu serasa saya ingin langsung terbang untuk langsung menemui Ibu yang amat sangat selalu membuat hati ini rindu, tuk percaya bahwa Ibu telah terbaring kaku. Angan-angan untuk kembali ditemani didampingi saat melahirkan nanti sebagaimana waktu melahirkan Si Sulung musnah sudah...

Setelah kembali menetap di kampung halaman beberapa bulan kemudian, tanpa ibu saya lagi akhirnya saya dengan kondisi hamil besar terpaksa harus menjadi pribadi yang matang dan tak bisa lagi berkeluh kesah. Berjiwa kuat walau telah kehilangan sosok dimana biasanya menjadi tempat tumpahnya segala curahan hati. [ Oh..ibu..puncak dari rasa sesalku akan kurangnya bakti padamu adalah setelah tiadanya dirimu .....]

Lalu, lewatlah lagi keprihatinan berikutnya, dan jika mengingat ini saya hanya bisa mengambil hikmah tersendiri. Yaitu, ketika usia kandungan baru memasuki sembilan bulan, saya ingat malam Jum'at tepatnya, air ketuban rupanya membasahi tempat tidur. Dengan pengetahuan yang masih minim, karena setelah ketuban pecah saya tidak mengalami kontraksi, maka hal ini membuat saya agak nyantai dan menunggu dulu sampai shubuh untuk pergi ke bidan.


MASYA ALLAH… setelah diperiksa bidan subuh2 itu ternyata letak si bayi di perut telah melintang dan tak dapat dibetulkan lagi oleh bidan karena air ketuban telah habis. Bidan langsung memerintahkan kami ke rumah sakit agar proses melahirkan dilakukan dengan operasi cesar. Atas pertimbangan suami maka kami memilih rumah sakit umum agar dapat menggunakan fasilitas askes.

Harus di cesar ya...., saya cuma mampu berpikir seperti itu. Entahlah, saya waktu itu ternyata bisa tegar dengan apa yang harus saya hadapi. Tetapi lalu ada yang lain membuat saya agak was-was, mengapa harus melahirkan ke RSU? Saya telah mendengar banyak sekali cerita yang tidak enak tentang pelayanan di rumah sakit milik pemerintahan itu, apalagi kepada pasien askes untuk pegawai golongan rendah seperti suami saya.

Tapi saya pun berpikir kasihan suami kalau saya paksa membawa saya ke rumah sakit swasta yang lain. Maka saya tak boleh merengek ataupun lari dari semua yang harus saya hadapi. Jika memang ada harus memanfaatkan fasilitas sebagai anggota askes karena toh biaya persalinan yang kami siapkan memang seadanya karena tak menduga bakal di operasi, mau apa lagi..?


Alhamdulillah, dengan kasih sayangNya semata ternyata saya tak mengalami pelayanan buruk sebagaimana yang dibayangkan. Meski saya kasihan juga melihat suami berpayah-payah kesana-kemari dari berjaga semalam suntuk di luar halaman ketika saya masih dalam proses recovery, membeli obat, menengok si sulung di rumah dan menengok pekerjaannya ke kantor.

Akhirnya, saya hanya bisa bersyukur dan senantiasa bersyukur, tanpa adanya Inayah pertolongan dariNya manalah mungkin saya bisa melewati semua itu. Dan juga merasakan ending yang amat sangat luar bisa akan karuniaNya dengan kehadiran putri kami kedua ini . Alhamdulillaah, walau sempet terminun air ketuban dan berat badan ketika lahir yang hanya 2,25 kg tapi dia sehat, pertumbuhannya sungguh amat pesat. Betapa ada kepuasan yang tak terukir dengan kata-kata, enam bulan hanya minum ASI eksklusif, berat badannya terus bertambah. Saat usianya lima bulan di kartu KMS berat badannya ternyata telah melebihi garis hijau, sehingga Bu Bidan meminta saya mengurangi asupan makannya. Hehe…Bu Bidan tidak tahu padahal dia masih minum ASI doang. Disinilah juga letak saya merasakan dahsyatnya apa yang telah Allah ciptakan pada diri seorang ibu untuk memberikan makan pada bayinya hanya melalui air susu. Karena sepertinya kebanyakan ibu-ibu khawatir dan menganggap bayinya tidak cukup kenyang kalau hanya minum ASI.

si Mbak

Waktu terus berjalan, tak terasa genap sudah 10 tahun usia putri saya yang kedua ini, walau sebenarnya sih menurut penanggalan di tahun hijriah usianya sudah lebih dari sepuluh tahun. Tak ada kado istimewa yang saya berikan padanya hanya doa-doa dan harapan yang terhantar di bulan mulia inilah yang saya kirimkan, untuk menemani dan mengiringi perjalanan langkah kakinya menuju keridhaan ALLAH SWT. Bahagia di dunia dan akhirat. Catatan kecil ini juga mungkin bisa menjadi cerita indah nantinya untuk kembali bisa dia kenang.

Teriring harapan juga semoga si Mbak Wawa bisa memperoleh hikmah di balik semua proses yang terjadi hingga dia terlahir di muka bumi ini. Bahwasanya rahmat ALLAH SWT senantiasa akan meliputi hambaNya selama hambaNya memantapkan hatinya untuk memperoleh ampunan dan keridhaanNya. Sehingga tak ada lagi dosa melainkan ALLAH akan mengampuninya, Tak akan ada kesulitan melainkan ALLAH jualah yang akan melapangkannya. Tak ada hajat hambaNya yang DIA RIDHAI melainkan akan di tunaikanNya. Amiin…….

Bandung 16 Ramadhan 1431 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar