10 Januari 2011

Sedikit tentang saya dan sakit..

Assalamu'alaikum........masih berusaha ingin berbagi cerita nih ke teman-teman,
walau harus mencuri waktu dan berusaha menyempatkan duduk barang beberapa menit di depan layar monitor. Namun Alhamdulillah, dengan badan dibawa buat ngetik-ngetik gini, lumayan terlupakan rasa ngeri plus tak tahan melihat orang-orang yang dekat di hati pada ambruk sakit.


Ya, di mulai dari ayahnya anak-anak yang minggu lalu terkena virus herpes. Walau berusaha semaksimal mungkin jangan sampai anak-anak tertular, tapi rupanya Allah masih sayang kita, karena si sulung, si Mas, enggak nyangka minggu kemarin panas tinggi sampai menggigil itu rupanya karena mulai tertular virus yang telah menyerang Ayahnya. Jadilah sekarang si Mas harus terbaring dan menerima menikmati libur dimasa-masa pengisian raport dengan sakit cacar airnya, disertai celotehan mengomentari wajahnya, "Waah..mas jadi ga cakep lagi ya..."

Kenapa bisa saya ngeri dan nyeri ya, wong sakitnya juga bukan suatu luka yang parah. Tapi bener deh, semua karena saya itu paling tidak tahan lihat luka, sekecil apapun luka yang saya saksikan di derita oleh orang-orang di dekat saya. Kalau luka itu saya alami sendiri, itu malah tak jadi soal. Justru saya termasuk orang yang, Alhamdulilah, bisa kuat dalam menderita sakit (boleh percaya boleh enggak deh..hehe..). Yaa...maksudnya kalo lagi sakit enggak manja lah. Bener…, di jamin..! Yah, namanya juga jadi ibu-ibu. Mungkin sudah pada paham, yang namanya seorang ibu itu enggak bakalan betah berlama-lama sakit.

Tapi untuk luka yang di alami orang lain, termasuk khususnya suami atau anak sendiri, wah, di jamin juga, cerita menjadi beda...!! hehe…. Saya kadang bisa sampe semaput loh. Apalagi kalo luka itu ada darahnya yang mengalir, hiii….. Entah deh, emang dah bawaan bayi kali ya, kalo anak atau suami sakit yang biasa-biasa saja saya sih masih bisa santai dan tidak panik. Tapi kalau ada lukanya, Ya Allaah.., saya bener-bener tidak tega dan merasa ikut merasakan sakitnya sampai jauu..h masuk ke dalam hati.

Sering di beberapa kejadian yang mungkin seperti sepele saja, tapi tetap deh, saya betul-betul tak bisa menahan kelemahan saya itu. Bahkan, dulu, pernah pada satu kejadian Ibu Mertua (almarhumah) meminta tolong di ambilkan duri yang menusuk masuk di jari tangannya (susuben, kata orang Jawa). Dengan memakai jarum pentul tak utak- atik duri yang masuk di jari tangan beliau. Hhmm..bukannya durinya jadi keluar malah pandangan mata ini, lama-lama ngelihat jari tangan Ibu kok menjadi kembar-kembar hehe.. Ibu mertua pun tertawa.
Si Mas pernah di tengah malam membangunkan saya karena mimisan dan darahnya telah ada di mana-mana. Eh..saya malah jadi langsung lemes. Atau juga saat melihat ia jatuh dari sepeda dan pulang dengan lututnya yang berdarah, melihat luka tetangga saya yang terkena knalpot motor dan pokoknya macem-macem lah kasusnya.

Yang paling menggelikan mungkin pas saya yang lagi 'nggaya, dengan semangatnya sebagai panitia, menonton proses anak-anak dikhitan pada acara sunatan masal di kantor Ayahnya. Dengan ‘nggayanya tadi saya mendekat dan berusaha untuk kuat hati. Waktu itu juga maksudnya sih kalo suatu saat nanti anak lanang saya yang di khitan, saya sudah siap melihat proses ‘modifikasi burungnya’ karena sudah terlatih hehe... Tapi akhirnya, kuatnya saya tak bertahan lama juga. Dari mata yang melihat langsung kerasa hatinya yang ikut engga enak, terus bibir mulai kerasa dingin dan kering, dan mulailah pandangan menjadi nanar…. Selanjutnya.? Haha..bisa di tebak sendiri laah...

Sama juga seperti kemarin-kemarin, saya pun lumayan harus menguatkan hati dan berusaha tidak mudah memasukkan ke dalam hati sekaligus menahan segala rasa nyeri di hati, ketika harus mengoleskan salep ke tempat titik-titik virus yang menyerang kepala plus wajah suami. Termasuk sekarang ini ditambah dengan membedaki si Mas yang bintik-bintik cacarnya semakin hari semakin besar dan menyebar penuh ke seluruh muka juga badan.

Nah, yang paling berkesan di dalam menambah kekuatan saya kala harus menghadapi kenikmatan sakitnya orang-orang yang di kasihi adalah, yakinnya saya bahwa semua yang terjadi itu, adanya semata karena Kasih Allah yang tak terkira pada keluarga kami. Dalam tafakkurnya saya, saya menemukan betapa Begitu Maha KasihNya Allah, ketika banyak keluarga yang lain di lingkungan perumahan kami pada terserang wabah DB alias demam berdarah dan harus opname di rumah sakit, yang pasti setidaknya menjadi kerepotan tersendiri karena harus bolak-balik Rumah Sakit. Sementara keluarga kami dengan CintaNya, Allah hanya memberi jatah sakit yang beda jauh dari wabah yang di alami beberapa tetangga.

Sakitnya Ayahnya anak-anak juga Si Mas, Alhamdulillaah cukup bisa saya rawat seadanya di rumah sendiri. Sehingga masih bisalah saya memperoleh rizki lain yang luar biasa yaitu kesempatan untuk tetap rutin mengaji ke masjid. Apalagi di minggu kemarin ustazd pengajiannya 'ndilalah (bi idznillah, kebeneran ) pada saat pengajiaan itu memberikan satu buah hadist Rasulullah SAW yang membuat saya jadi lebih tenteram dan berusaha menenteramkan suami dan anak-anak dalam sakitnya.

Jika pernah saya menukilkan hadist yang mengabarkan bahwa sakitnya seorang hamba, walau hanya tertusuk duri, itu adalah sebagai kifarat alias pelebur dosa. Maka pada saat saya ngaji kemaren itu, Pak Ustadz memberikan satu hadist lagi yang benar-benar tepat sasaran. Kata beliau Rasulullah SAW pernah bersabda,

“..Jika seorang hamba sakit kemudian ia ridha, maka Allah kelak akan mengantikan tulang darah kulit dan dagingnya dengan ganti yang lebih baik dari sebelumnya… “

Teriring doa semoga khususnya Ayah yang masih merasa cenut-cenut kepalanya sakit karena virusnya yang masih belum pergi seratus persen, juga si Mas yang lagi menahan. panas dan gatel-gatel karena cacar airnya, begitupun bagi kita semua, Insya Allah semua bisa menjadi hamba-hamba Allah yang Ridha atas segala karuniaNya berupa sehat maupun sakit, baik itu menimpa diri kita sendiri atau pada orang-orang yang kita cintai. Sehingga Allah berkenan melimpahkan keridhaanNya pula pada kita semua.

Amiin..Yaa Robbal ‘Alamiin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar