04 Maret 2010

SURATKU UNTUK SAHABAT BAG 1

Belum lama saya merasa Alaah memberikan karuniaNya, tersambungnya saya dengan salah seorang sahabat yang sudah lama terputus kontak.
Dengan IzinNya jua saya merasa bahwa ilmu saya belum begitu banyak,tapi Alhamdulillah diberi Allah kesempatan ketika tersambungnya silaturrahim antara kami kembali, untuk berusaha memberi sahabat saya itu support ditengah kegalauan hati yang ia ungkapkan pada saya.

Dan tulisan dibawah ini adalah sedikit upaya saya untuk membesarkan hatinya, memberi support padanya.
Semoga karena Allah yang telah memberikan ikatan batin antara kami untuk kembali terjalin silaturrahiim. Maka saya berharap semoga Allah dapat pula meridhai akan apa yang saya sampaikan padanya diberikut ini :


Wahida Murodi March 1 at 8:15pm
wa'alaikum salam...makasih dah mau berbagi cerita, ngurus anak-anak dimana-mana sama bu...berantem ahhh saya sampe hapal gelagat mereka kalo mau berantem. iya sihh pas kita lagi sela santai ga banyak beban pikiran..bisa memantau dan mengalihkan perhatian salah satu diantara mereka biar ga sampe berantem, tapi kadang ada di saat kita lagi serius ngerjain sesuatu atau disaat kita pengen ga diganggu dulu, capek karena kerjaan rumah yang perasaan ga ada selesai-selesainya, lagi betelah pokoknya ... mereka memang sasaran empuk ibunya untuk dimarahin.

qeqeqe...saya jadi malu. Saya juga sama kok bu..bukan ibu yang penyabar, suka marah-marah juga ke anak-anak. Malah menurut ibu psikolog yang sering saya ikuti kajiannya, marah adalah hal yang wajar dan manusiawi. Kalo kita sebagai ibunya ga marah itu sih ga bagus juga buat mereka karena mereka nanti tidak tahu mana yang perbuatan bener dan mana yang salah.Hanya kita perlu mengontrol dan mengasah tingkat kecerdasan emosi kita.


Dulu waktu baru punya anak satu mungkin saya samalah seperti ibu-ibu muda yang laen, bapaknya pulang telat saya bisa marah besar, merasa seolah-olah bapaknya lebih mentingin pekerjaan ketimbang istri dan anak. Atau pernah juga hanya karena baju kerja yang sudah saya siapkan ehh taunya bapaknya memilih baju sendiri dan tidak memakai baju yang tadinya sudah saya pilihkan, saya ga terima... terus bukannya ngeloni istri kek.. anaknya kek...ini malah nonton bola sampe malem begadang ..waahh saya ngambek berat..cemburu.. .. dan jeleknya saya terkadang melampiaskan semua emosi itu ke anak, yang padahal ketika dia tidur aduuhh saya hanya mampu istighfar dan menyesal.


Alhamdulillah seiring waktu dan bertambahnya anak-anak saya juga bisa meminimalkan rasa emosi yang akan muncul, apa bisa dikatakan saya bertambah dewasa atau kecerdasan emosi saya kian terasah..??? ahh kayaknya ga juga deeh..lah wong sekarang juga kadang-kadang saya masih suka iri dan sebel lihat bapaknya yang senyam-senyum sendiri dan berlama-lama fesbukan hehehe.........
Ada kemungkinan juga karena saya selalu berusaha untuk menerima dan mengenal diri saya seutuhnya dan saya yang harus mengatur hawa nafsu saya bukan sebaliknya. Serta memahami dengan ikhlas sifat dan tingkah laku bapaknya yang tidak mungkin saya robah sebagaimana yang saya mau, maka anak-anak pun tidak lagi menjadi pelampiasan rasa sebel dan emosi saya yang intinya pada bapaknya tapi saya pendam tanpa bisa mengkomunikasikannya dengan baik.
Melalui proses yang panjang dan juga tidak semudah membalik telapak tangan tentunya, Insya Allah bisa saya lewati dan saya terima semua yang Allah gariskan untuk diri saya.

Saya akui sebagai istri dan ibu muda yang masih dalam tahapan berproses seumpama kepompong ( nyontek dikit dari syair lagu ). Saya pernah dihadapkan pada permasalahan hidup yang seakan tak habis-habisnya, mulai dari persoalan diri saya sendiri, suami, anak-anak, orang tua bahkan mertua atau saudara juga tetangga.
Sabar dalam menghadapinya adalah kata yang klise, tapi saya yakin kesabaran itu memang pahit adanya tapi akibatnya Subhaanallaah akan melebihi manisnya madu.
Bukankah kupu-kupu itu berwarna indah dan bisa terbang kemana ia suka untuk menghisap manisnya sari bunga setelah berjuang dengan sabar dan susahnya untuk keluar dari kepompongnya..???
Atau seorang nahkoda yang handal itu juga terlahir karena ia telah berhasil melewati ombak demi ombak yang demikian ganasnya.

Duuhh maaf ya bu...saya kok kebablasan ..jadi kayak ceramah ya...hehe...ini bukan saran juga bukan nasehat karena saya juga terus dalam pembelajaran menuju kematangan. Ini hanya sharing antara kita sebagai seorang ibu yang Insya Allah kelak dari anak-anak kitalah lahir generasi-generasi penerus yang bisa membanggakan tidak hanya dalam keduniawian tapi terutama buat agama...
Aaaaamiin...ya robbal 'aalamiin....

Ibu keterima PNS dikota asal ...?? Alhamdulillaah...selamat ya bu...
Tidak semua orang mempunyai kesempatan dan memperoleh rizki seperti itu.
Saya seakan tidak percaya bahwa ibu memutuskan pilihan untuk memaksimalkan potensi diri dengan bekerja diluar rumah. Rasa bimbang, bingung dan berat bagi ibu untuk memutuskan adalah hal yang wajar dan saya sangat-sangat memakluminya. Kebimbangan dan kebingungan manusiawi sebagai seorang istri dan ibu.
Saya hanya bisa menduga ibu kemaren pertama kali daftar PNS mungkin hanya iseng-iseng atau lebih menyangka tidak keterima ketimbang keterima, bukan begitu bu...??? ( sok tau mode:on ) hehe...abiss kalo ibu nyangka keterima mungkin tidak akan ada kebimbangan lagi tooh..karena sebelumnya telah ibu bayangkan berbagai risiko dan kemungkinan-kemungkinan yang realistis jika keterima. Ahhh tapi saya tidak bisa ikut campur lebih jauh karena ini menyangkut target hidup yang mungkin ingin ibu capai, dengan mengaktualisasikan diri tentunya.

Saya juga tidak bisa memberikan saran yang mana lebih baik karena menganggap bahwa kita punya hak yang berbeda akan diri kita masing-masing.
Apalagi saya hanya seorang perempuan yang berpikir sederhana, ketika saya melihat perempuan-perempuan dijalan yang masih sekolah..kuliah atau mereka yang kerja
dan belum menikah maka saya merasa saya adalah perempuan yang paling beruntung didunia ini.
Karena saya yakin walau telah tinggi cita-cita yang mereka raih, karier yang bagus, kesuksesan materi yang berlimpah tapi mereka tetap bermuara pada satu keinginan punya suami dan anak-anak, punya keluarga tempat akhir dari bertualangnya mereka.
Sementara alangkah tidak pantasnya saya jika harus memungkiri nikmat Allah yang telah Allah berika pada saya..?? suami dan anak-anak adalah amanah yang telah Allah titipkan pada saya, ditengah menjalani kehidupan berumah tangga yang hampir empat belas tahun,semampu dan dengan sekuat tenaga saya selalu berusaha memahat kepasrahan untuk menerima peran hidup yang telah Allah berikan.

Target hidup sayapun sederhana saya ingin selalu membahagiakan suami dan anak-anak, melihat mereka bahagia maka itu adalah kebahagian saya pula. Dan berusaha dengan berbagai sarana dan potensi diri yang saya miliki semaksimal mungkin saya orientasikan untuk menjadi penopang tercapainya target primer hidup saya. Target tertinggi dalam hidup saya yaitu tak lebih dan dan tak kurang mencapai keridhaan Allah Subhaanahu Wata'aala..........

Dan yang pasti keridhaan suami akan saya nanti dan impikan sebagai kunci untuk menuju keridhaan Ilahi yang hakiki......

Maaf sekali lagi bu...
Mungkin kepanjangan apa yang saya tuliskan ini, mudah-mudahan Allah senantiasa Menjaga hati kita, Meridhai setiap langkah yang kita tempuh.....
Aaaamiin.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar