12 Maret 2010

Tausiyah dari Tetangga....



Seorang tetangga, sesama jemaah mesjid, sejak kemaren sore hingga tadi pagi memberikan tausiyahnya. Bahwa jika Allah masih memberi kesempatan buat kita untuk besyukur, optimis dan berbagi kebaikan sebanyak-banyaknya, maka sungguh manfaatkanlah. Tetanggaku itu beberapa tahun lalu divonis terkena kanker darah, leukemia. menurut dokter, beliau tak bisa bertahan lama usianya. Karenanya, beberapa kali beliau keluar masuk RS untuk kemoterapi.

Tetapi pada kesehariannya sama sekali tak tampak bahwa beliau menanggung sakit seberat itu. Beliau selalu ceria, berbagi semangat dg selalu mengikuti kegiatan olahraga, berbagi kebaikan dg aktif sebagai ketua RT, selalu bersyukur dengan tak meninggalkan shalat berjamaah di masjid dikala sehat. Orang banyak mengenangnya sbg org baik dan saleh. Dan Allah pun ternyata masih memberi lebih banyak kesempatan daripada yg telah diperhitungkan para dokter sebelumnya. Bahkan sepertinya beliau telah benar2 sembuh dari sakitnya itu. Dan itu dimanfaatkan betul oleh beliau kesempatan itu.

Tetanggaku itu juga memberi tausiyah, bahwa hidup kita itu memang berada di genggamanNya semata. Kita boleh berangan-angan bahwa kita akan hidup sepanjang usia yg kita inginkan dan sebaliknya kita juga boleh mengira-ira bahwa hidup kita tinggal sebentar lagi. Tetapi tetap saja, kita tak kan tahu kapan kita sampai kepada titik akhir kehidupan kita.

Tetanggaku itu masih muda, hanya sedikit lebih tua dariku. Meski begitu oleh Allah beliau sudah diberikan penyakit yang secara jangkauan pengetahuan manusia sudah tergolong parah dan tinggal menghitung hari masa-masa hidupnya. Tetapi ternyata beliau masih diberi kesempatan sekianlama lagi, sementara sekian puluh juta orang di dunia ini yang berusia lebih muda dan memiliki tubuh yang lebih sehat telah mendahuluinya, dicabut kehidupannya oleh Allah. Jadi, betapa sombongnya kita yang dengan segala kelebihan sehatnya fisik yang dimiliki merasa bahwa usia kita masih akan lebih lama lagi, sehingga kita menganggap tak perlu bersegera mendekatkan diri kepadaNya. Betapa bodohnya kita yang mengira bahwa sehatnya fisik kita berarti kita pasti akan lebih senang, lebih nyaman dan lebih bahagia lebih lama dibandingkan mereka yang berfisik lemah, tak berdaya, bahkan yang tidak sempurna tubuhnya. Karena itu semua bukan jaminan panjang pendeknya jatah umur kita.



Dan akhirnya tetanggaku itu memberi tausiyah, bahwa memang sekarang kita yang datang bertakziyah, kita yang ikut memandikan jenazah, kita yang ikut mengkafaninya, mensholati, lalu ikut mengantarkannya ke liang kubur. Tetapi kita diingatkannya bahwa adalah suatu keniscayaan bahwa suatu saat pasti kita yang akan didatangi orang yang bertakziyah, tubuh kita dimandikan lalu dibungukuskan kain kafan, disholati dan dimasukkan oleh mereka ke liang kubur kita, karena kita telah terbujur tak bernyawa setelah habis jatah umur kita, setelah sampai kita di titik terakhir usia kita, seperti tetanggaku itu.

Ya, tetanggaku itu bertausiyah tidak dengan kata-kata, tetapi dengan contoh dan kejadian yang dia alami semenjak masa-masa akhir hidupnya hingga wafat, dipanggil menghadapNya kemarin sore dan dimakamkan tadi pagi.

Semoga kita bisa meneladani dan mengambil hikmah darinya.

Allahummaghfirlahuu, warhamhuu, wa'aafihii, wa'fu'anhu....

Bandung, 120310

Tidak ada komentar:

Posting Komentar