16 Maret 2010

Renungan

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan
Bahwa mobilku hanya titipan Nya, bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya
Tetapi, mengapa aku tidak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?

Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yg bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh
Nya?

Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja yang melukiskan bahwa itu adalah derita

Ketika aku berdoa, kuminta titipan yg cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan.

Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
"aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku" dan
menolak keputusan Nya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah...
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

WS Rendra

copas dari ""Komunitas Bisa!""

Inginkah DI DO'AKAN para MALIKAT

1. Tidur dalam berwudlu
Malaikat berdoa : "Ya ALLAH, ampunilah si fulan ini, karena sungguh ia tidur dalam keadaan suci. (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Umar

2. Menunggu Shalat
Malaikat berdoa : "Tidaklah seseorang yang duduk menunggu shalat dalam keadaan suci, kecuali malaikat akan mendoakan dirinya :'Ya ALLAH, sayangi dia'. (HR. Muslim)"

3. Berada di Shaff peling depan
Malaikat berdoa : "Sesungguhnya ALLAH dan MalaikatNya bershalawat (menyayangi) untuk orang-orang yang berada di shaff paling depan. (HR. Abu Daud)"

4. Membaca "Amiin"
Aminnya kita akan di amiini oleh para malaikat.
Malaikat berdoa : "Barang siapa yang ucapan 'Amiin' nya berbarengan dengan ucapan malaikat, maka akan di ampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhori)"

5. Tetap duduk di tempat Shalat
Malaikat akan bershalawat untuk siapa aja yang tetap duduk di tempat ia shalat dalam keadaan suci.
Malaikat berdoa : "Ya ALLAH, ampunilah dan sayangilah orang ini. (HR. Ahmad)"

6. Shalat Subuh dan Ashar berjama'ah
Karena pergantian antara malaikat siang dan malam.
Malaikat berdoa : "Kami datangi mereka dalam keadaan mereka shalat, dan kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, maka ampunilah mereka di hari kiamat nanti. (HR. Ahmad dan Abu Hurairoh)"

7. Mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya
Malaikat berdoa : "Amiin......dan untukmu seperti apa yang engkau minta. (HR. Muslim)"

8. Berinfaq
Malaikat berdoa : "Ya ALLAH, berilah ganti bagi orang yang berinfaq. (\hr.Bukhori dan Muslim)"

9. Menjenguk saudara yang sedang sakit atau terkena musibah
Nabi berkata : Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya, kecuali ALLAH mengutus 70.000 malaikat yang terus menerus bershalawat untuknya (HR. Ahmad)

10. Sabar
Malaikat berdoa : "Sesungguhnya ALLAH dan malaikatNYA beshalawat untuk orang-orang yang sabar."

11. Mengajarkan kebaikan pada orang lain
Malaikat berdoa : "Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang berada di dalam lobang, bahkan ikan, bershalawat untuk orang yang mengerjakan kebaikan pada orang lain. (HR. Turmudzi)"


copas dari temen..

Teguh Rayhan Santosa March 7 at 3:17pm

12 Maret 2010

Tausiyah dari Tetangga....



Seorang tetangga, sesama jemaah mesjid, sejak kemaren sore hingga tadi pagi memberikan tausiyahnya. Bahwa jika Allah masih memberi kesempatan buat kita untuk besyukur, optimis dan berbagi kebaikan sebanyak-banyaknya, maka sungguh manfaatkanlah. Tetanggaku itu beberapa tahun lalu divonis terkena kanker darah, leukemia. menurut dokter, beliau tak bisa bertahan lama usianya. Karenanya, beberapa kali beliau keluar masuk RS untuk kemoterapi.

Tetapi pada kesehariannya sama sekali tak tampak bahwa beliau menanggung sakit seberat itu. Beliau selalu ceria, berbagi semangat dg selalu mengikuti kegiatan olahraga, berbagi kebaikan dg aktif sebagai ketua RT, selalu bersyukur dengan tak meninggalkan shalat berjamaah di masjid dikala sehat. Orang banyak mengenangnya sbg org baik dan saleh. Dan Allah pun ternyata masih memberi lebih banyak kesempatan daripada yg telah diperhitungkan para dokter sebelumnya. Bahkan sepertinya beliau telah benar2 sembuh dari sakitnya itu. Dan itu dimanfaatkan betul oleh beliau kesempatan itu.

Tetanggaku itu juga memberi tausiyah, bahwa hidup kita itu memang berada di genggamanNya semata. Kita boleh berangan-angan bahwa kita akan hidup sepanjang usia yg kita inginkan dan sebaliknya kita juga boleh mengira-ira bahwa hidup kita tinggal sebentar lagi. Tetapi tetap saja, kita tak kan tahu kapan kita sampai kepada titik akhir kehidupan kita.

Tetanggaku itu masih muda, hanya sedikit lebih tua dariku. Meski begitu oleh Allah beliau sudah diberikan penyakit yang secara jangkauan pengetahuan manusia sudah tergolong parah dan tinggal menghitung hari masa-masa hidupnya. Tetapi ternyata beliau masih diberi kesempatan sekianlama lagi, sementara sekian puluh juta orang di dunia ini yang berusia lebih muda dan memiliki tubuh yang lebih sehat telah mendahuluinya, dicabut kehidupannya oleh Allah. Jadi, betapa sombongnya kita yang dengan segala kelebihan sehatnya fisik yang dimiliki merasa bahwa usia kita masih akan lebih lama lagi, sehingga kita menganggap tak perlu bersegera mendekatkan diri kepadaNya. Betapa bodohnya kita yang mengira bahwa sehatnya fisik kita berarti kita pasti akan lebih senang, lebih nyaman dan lebih bahagia lebih lama dibandingkan mereka yang berfisik lemah, tak berdaya, bahkan yang tidak sempurna tubuhnya. Karena itu semua bukan jaminan panjang pendeknya jatah umur kita.



Dan akhirnya tetanggaku itu memberi tausiyah, bahwa memang sekarang kita yang datang bertakziyah, kita yang ikut memandikan jenazah, kita yang ikut mengkafaninya, mensholati, lalu ikut mengantarkannya ke liang kubur. Tetapi kita diingatkannya bahwa adalah suatu keniscayaan bahwa suatu saat pasti kita yang akan didatangi orang yang bertakziyah, tubuh kita dimandikan lalu dibungukuskan kain kafan, disholati dan dimasukkan oleh mereka ke liang kubur kita, karena kita telah terbujur tak bernyawa setelah habis jatah umur kita, setelah sampai kita di titik terakhir usia kita, seperti tetanggaku itu.

Ya, tetanggaku itu bertausiyah tidak dengan kata-kata, tetapi dengan contoh dan kejadian yang dia alami semenjak masa-masa akhir hidupnya hingga wafat, dipanggil menghadapNya kemarin sore dan dimakamkan tadi pagi.

Semoga kita bisa meneladani dan mengambil hikmah darinya.

Allahummaghfirlahuu, warhamhuu, wa'aafihii, wa'fu'anhu....

Bandung, 120310

05 Maret 2010

SURATKU UNTUK SAHABAT BAG 2

Wahida Murodi March 2 at 3:03pm
Alhamdulillaah..Allah telah menyambungkan hati kita...
jarak yang berdekatan tidak menjamin hati langsung tersambung antara kita ya bu..? karena sebenarnya dulu di palembang kita hanya sempat kenal sekedarnya walau satu kota, setelah kita jauhan, beda kota eehh kita nyambung... Allah betul-betul Maha Mengatur Segalanya.

Alhamdulillah terima kasih ... ibu mau menjadikan saya ada direlung hati ibu.
Dengan berkenan menerima apa yang saya tulis kemarin.
Padahal untuk menulisnya saya hampir tiga kali mengulang lo bu..., baru dapet beberapa baris tulisan ehhh mati lampu, sore aliran listrik dah nyala saya buka fb, nulis lagi...ehhh mati lampu lagi... hilanglah apa yang sudah 2 kali saya tulis qeqeqe...
Tp Alhamdulillah...kalo niat baik memang kadang tak selancar dan seindah yang dibayangkan. Mungkin sama seperti apa yang ibu harus hadapi sekarang.

Saya sebenarnya tak ingin membuat air mata ibu mengalir, saya ingin ibu tidak bersedih terus menerus.
Ibu telah memilih.. dan Allah telah menyiapkan suatu ladang pahala untuk ibu tebar benihnyaa dan kelak ibu tuai hasilnya.

Saya hanya ingin minta izin jika boleh saya titipkan pesan buat ibu.
Mantapkan hati bu...
Apalagi memang sudah seizin suami ibu boleh bekerja lagi.
Seperti saya katakan diatas jarak tak menjamin untuk hati tak saling bertaut.
Mudah-mudahan ada hikmah dibalik semua ini buat kebaikan keluarga ibu.
Dan rasanya tak baik juga jika ibu hanya bertahan, mencoba menikmati peran ibu sebagai ibu rumah tangga seutuhnya tapi disatu sisi membuat anak-anak juga tidak sehat secara psikologis. Kalo memang sekarang ibu dihadapkan pada pilihan untuk bekerja maka luruskan saja niat itu bu..
Niat bahwasanya ibu ingin memberi manfaat buat sesama menyalurkan potensi terutama ilmu yang ada pada diri ibu.Dan diiringi harapan dengan semua itu adanya Keridhaan dari Allah tentunya.
Insya Allah anak-anak juga suami ibu akan baik-baik saja dan selalu berada dalam jaminan Allah SWT.
Bukankah di kehidupan sekitar kita bukan hanya satu dua keluarga yang terpisah jarak dan terpaksa berjauhan karena bermacam-macam cerita dan kendala..??


Saya ngiring doa..
Moga ibu dapat menikmati peran baru ibu besok untuk menebar manfaat tidak cuma untuk keluarga tapi bagi sesama. Apalagi ibu akan terjun di bidang kesehatan kan ?
Anak-anak juga mudah-mudahan bisa survive ..cepat beradaptasi nantinya.
Ibu tidak usah khawatir, terkadang ada anak-anak yang lebih bisa dewasa dan mandiri jika ditinggal ibunya kerja .
Terus nanti karena jauhan sama bapaknya anak-anak kan malah banyak kangen--kangenannya hehehe...terus jarang berantem dan sebel jadinya.Hehe...piss canda ya bu..

Insya Allah, Allah memberikan jalan untuk kita berjumpa.
Saya cuma bisa bayangin kalo ibu tetanggaan sama saya ceritanya mesti beda dehh... ibu ga bakalan mau pindah ke kalimantan..hahaha.( ge-er berat mode:on )
Sukses selalu ya bu..
Insya Allah jika saya sempet saya akan berbagi ilmu asal ibu ga bosen.
Terima kasih..
Wassalamu'alaikum Wr Wb

04 Maret 2010

SURATKU UNTUK SAHABAT BAG 1

Belum lama saya merasa Alaah memberikan karuniaNya, tersambungnya saya dengan salah seorang sahabat yang sudah lama terputus kontak.
Dengan IzinNya jua saya merasa bahwa ilmu saya belum begitu banyak,tapi Alhamdulillah diberi Allah kesempatan ketika tersambungnya silaturrahim antara kami kembali, untuk berusaha memberi sahabat saya itu support ditengah kegalauan hati yang ia ungkapkan pada saya.

Dan tulisan dibawah ini adalah sedikit upaya saya untuk membesarkan hatinya, memberi support padanya.
Semoga karena Allah yang telah memberikan ikatan batin antara kami untuk kembali terjalin silaturrahiim. Maka saya berharap semoga Allah dapat pula meridhai akan apa yang saya sampaikan padanya diberikut ini :


Wahida Murodi March 1 at 8:15pm
wa'alaikum salam...makasih dah mau berbagi cerita, ngurus anak-anak dimana-mana sama bu...berantem ahhh saya sampe hapal gelagat mereka kalo mau berantem. iya sihh pas kita lagi sela santai ga banyak beban pikiran..bisa memantau dan mengalihkan perhatian salah satu diantara mereka biar ga sampe berantem, tapi kadang ada di saat kita lagi serius ngerjain sesuatu atau disaat kita pengen ga diganggu dulu, capek karena kerjaan rumah yang perasaan ga ada selesai-selesainya, lagi betelah pokoknya ... mereka memang sasaran empuk ibunya untuk dimarahin.

qeqeqe...saya jadi malu. Saya juga sama kok bu..bukan ibu yang penyabar, suka marah-marah juga ke anak-anak. Malah menurut ibu psikolog yang sering saya ikuti kajiannya, marah adalah hal yang wajar dan manusiawi. Kalo kita sebagai ibunya ga marah itu sih ga bagus juga buat mereka karena mereka nanti tidak tahu mana yang perbuatan bener dan mana yang salah.Hanya kita perlu mengontrol dan mengasah tingkat kecerdasan emosi kita.


Dulu waktu baru punya anak satu mungkin saya samalah seperti ibu-ibu muda yang laen, bapaknya pulang telat saya bisa marah besar, merasa seolah-olah bapaknya lebih mentingin pekerjaan ketimbang istri dan anak. Atau pernah juga hanya karena baju kerja yang sudah saya siapkan ehh taunya bapaknya memilih baju sendiri dan tidak memakai baju yang tadinya sudah saya pilihkan, saya ga terima... terus bukannya ngeloni istri kek.. anaknya kek...ini malah nonton bola sampe malem begadang ..waahh saya ngambek berat..cemburu.. .. dan jeleknya saya terkadang melampiaskan semua emosi itu ke anak, yang padahal ketika dia tidur aduuhh saya hanya mampu istighfar dan menyesal.


Alhamdulillah seiring waktu dan bertambahnya anak-anak saya juga bisa meminimalkan rasa emosi yang akan muncul, apa bisa dikatakan saya bertambah dewasa atau kecerdasan emosi saya kian terasah..??? ahh kayaknya ga juga deeh..lah wong sekarang juga kadang-kadang saya masih suka iri dan sebel lihat bapaknya yang senyam-senyum sendiri dan berlama-lama fesbukan hehehe.........
Ada kemungkinan juga karena saya selalu berusaha untuk menerima dan mengenal diri saya seutuhnya dan saya yang harus mengatur hawa nafsu saya bukan sebaliknya. Serta memahami dengan ikhlas sifat dan tingkah laku bapaknya yang tidak mungkin saya robah sebagaimana yang saya mau, maka anak-anak pun tidak lagi menjadi pelampiasan rasa sebel dan emosi saya yang intinya pada bapaknya tapi saya pendam tanpa bisa mengkomunikasikannya dengan baik.
Melalui proses yang panjang dan juga tidak semudah membalik telapak tangan tentunya, Insya Allah bisa saya lewati dan saya terima semua yang Allah gariskan untuk diri saya.

Saya akui sebagai istri dan ibu muda yang masih dalam tahapan berproses seumpama kepompong ( nyontek dikit dari syair lagu ). Saya pernah dihadapkan pada permasalahan hidup yang seakan tak habis-habisnya, mulai dari persoalan diri saya sendiri, suami, anak-anak, orang tua bahkan mertua atau saudara juga tetangga.
Sabar dalam menghadapinya adalah kata yang klise, tapi saya yakin kesabaran itu memang pahit adanya tapi akibatnya Subhaanallaah akan melebihi manisnya madu.
Bukankah kupu-kupu itu berwarna indah dan bisa terbang kemana ia suka untuk menghisap manisnya sari bunga setelah berjuang dengan sabar dan susahnya untuk keluar dari kepompongnya..???
Atau seorang nahkoda yang handal itu juga terlahir karena ia telah berhasil melewati ombak demi ombak yang demikian ganasnya.

Duuhh maaf ya bu...saya kok kebablasan ..jadi kayak ceramah ya...hehe...ini bukan saran juga bukan nasehat karena saya juga terus dalam pembelajaran menuju kematangan. Ini hanya sharing antara kita sebagai seorang ibu yang Insya Allah kelak dari anak-anak kitalah lahir generasi-generasi penerus yang bisa membanggakan tidak hanya dalam keduniawian tapi terutama buat agama...
Aaaaamiin...ya robbal 'aalamiin....

Ibu keterima PNS dikota asal ...?? Alhamdulillaah...selamat ya bu...
Tidak semua orang mempunyai kesempatan dan memperoleh rizki seperti itu.
Saya seakan tidak percaya bahwa ibu memutuskan pilihan untuk memaksimalkan potensi diri dengan bekerja diluar rumah. Rasa bimbang, bingung dan berat bagi ibu untuk memutuskan adalah hal yang wajar dan saya sangat-sangat memakluminya. Kebimbangan dan kebingungan manusiawi sebagai seorang istri dan ibu.
Saya hanya bisa menduga ibu kemaren pertama kali daftar PNS mungkin hanya iseng-iseng atau lebih menyangka tidak keterima ketimbang keterima, bukan begitu bu...??? ( sok tau mode:on ) hehe...abiss kalo ibu nyangka keterima mungkin tidak akan ada kebimbangan lagi tooh..karena sebelumnya telah ibu bayangkan berbagai risiko dan kemungkinan-kemungkinan yang realistis jika keterima. Ahhh tapi saya tidak bisa ikut campur lebih jauh karena ini menyangkut target hidup yang mungkin ingin ibu capai, dengan mengaktualisasikan diri tentunya.

Saya juga tidak bisa memberikan saran yang mana lebih baik karena menganggap bahwa kita punya hak yang berbeda akan diri kita masing-masing.
Apalagi saya hanya seorang perempuan yang berpikir sederhana, ketika saya melihat perempuan-perempuan dijalan yang masih sekolah..kuliah atau mereka yang kerja
dan belum menikah maka saya merasa saya adalah perempuan yang paling beruntung didunia ini.
Karena saya yakin walau telah tinggi cita-cita yang mereka raih, karier yang bagus, kesuksesan materi yang berlimpah tapi mereka tetap bermuara pada satu keinginan punya suami dan anak-anak, punya keluarga tempat akhir dari bertualangnya mereka.
Sementara alangkah tidak pantasnya saya jika harus memungkiri nikmat Allah yang telah Allah berika pada saya..?? suami dan anak-anak adalah amanah yang telah Allah titipkan pada saya, ditengah menjalani kehidupan berumah tangga yang hampir empat belas tahun,semampu dan dengan sekuat tenaga saya selalu berusaha memahat kepasrahan untuk menerima peran hidup yang telah Allah berikan.

Target hidup sayapun sederhana saya ingin selalu membahagiakan suami dan anak-anak, melihat mereka bahagia maka itu adalah kebahagian saya pula. Dan berusaha dengan berbagai sarana dan potensi diri yang saya miliki semaksimal mungkin saya orientasikan untuk menjadi penopang tercapainya target primer hidup saya. Target tertinggi dalam hidup saya yaitu tak lebih dan dan tak kurang mencapai keridhaan Allah Subhaanahu Wata'aala..........

Dan yang pasti keridhaan suami akan saya nanti dan impikan sebagai kunci untuk menuju keridhaan Ilahi yang hakiki......

Maaf sekali lagi bu...
Mungkin kepanjangan apa yang saya tuliskan ini, mudah-mudahan Allah senantiasa Menjaga hati kita, Meridhai setiap langkah yang kita tempuh.....
Aaaamiin.........