23 Februari 2010

Ketika Roda (rumah) Sakit...


Alhamdulillah, pagi Senin mendung tapi tak berhujan menggelayut di atas kota Bandung setelah kemarin seharian diguyur hujan dan cuaca yang ekstrim. Berita-berita yang ditayangkan di berbagai media tentang hujan es plus banjir membuat para sanak saudara menelepon menanyakan bagaimana kondisi kami.

Semua memang sudah mempunyai jatah cerita dan rizki masing-masing. Di saat tetangga kampung sebelah perumahan kami kebanjiran karena tanggul sungai yang jebol sampai membuat akses jalan menuju kantor suami ditutup, tidak banyak yang bisa kami bantu atau lakukan untuk mereka. Hanya Alhamdulillah, DKM masjid di perumahan telah sigap menyalurkan bantuan ala kadarnya.

Jika membayangkan tetangga yang kebanjiran bahkan ada sebagian yang mengungsi dan semua itu terjadi tak jauh dari lingkungan perumahan yang kami huni, maka di keadaan yang berbeda rasanya sudah sepantasnya kalau dalam kondisi badan saya yang belum seratus persen fit ini, saya tetap harus bersyukur. Ya bersyukur, karena kami tidak kebanjiran dan yang paling utama untuk lebih menghargai betapa mahalnya dan luar biasa nikmat rizkiNya yang tidak bisa dibeli adalah yaitu kesehatan.

Mulai pagi tadi, setelah pada berakhir mingguan, teman dan tetangga mulai menelepon menengok menanyakan bagaimana kesehatan saya. Perhatian dan doa dari mereka adalah penyemangat saya untuk cepat pulih dan sehat walau dimulai dengan hanya sarapan mie instan panas, yang dalam bayangan sebelum makan, hhhmmm nikmatnyaaa... eh, tapi taunya di lidah ini masih terasa hambar.

Kalaulah boleh mengingat, Kamis pagi lalu saat makan bareng tetangga yang masak sayur genjer plus oncom dengan cabe gendotnya (ini cabe cuma ada di Bandung kayaknya) yang gede dan pedesnyaa.. minta ampun, cumi asin goreng, tambah tahu goreng, trus saya yang kebagian nyambel terasi, Subhaanallaah... betul-betul nikmat. Ya, itu nikmatnya makan yang saya rasakan sementara waktu itu, untuk selanjutnya mulai siang sampai sorenya saya tak ada selera makan. Hingga keterusanlah sampai hari jumat saya harus menyerah dan dibawa suami periksa ke dokter ( Ssssttt...kalau urusan ke dokter saya paling malas orangnya. Biasanya begitu ada rasa tidak enak badan sebisa mungkin saya ikhtiar sendiri. O ya, saya tidak bisa minum sembarang obat karena ada alergi terhadap obat-obatan analgetik tertentu. Maka paling saya cuma bisa minum vitamin C dosis tinggi, minum madu atau makan bakso yang puanass.. dan puedess.. ditambah irisan bawang merah mentah yang banyak, resep manjur almarhumah ibu mertua. Dan dari pengalaman yang sudah-sudah, plus doa tentunya serta semangat sembuh yang kuat, Alhamdulillah tanpa perlu ke dokter saya akan pulih kembali).

Tapi untuk Jumat kemarin cerita menjadi lain. Karena jangankan untuk makan bakso yang panas dan pedes dengan tambahan irisan bawang merahnya itu, untuk bangun dari tempat tidur aja saya sudah tidak kuat, pusing berat dan saya memang merasa saatnya saya butuh bantuan dokter. Ada juga sih teman yang berpendapat kita jangan mendewakan dokter. Karena tanpa terasa itu sudah bisa menjadi syirik, ketika mengannggap kesembuhan datangnya dari si dokter A atau B dan bukan dari Allah. Saya memaklumi dan paham akan pendapatnya, karena saya juga bukan tipe yang panikan kalau sakit dan gampang untuk berobat ke dokter, termasuk jika anak-anak yang sakit. Selama tiga hari biasanya saya akan ikhtiar memberi obat sendiri tapi kalau tidak ada perubahan saya sih harus segera mengajak mereka periksa. Intinya setelah tiga hari sakit masih berlanjut kita akan menghubungi dokter terdekat (sesuai anjuran iklanlaaahh, hehe...). Doa tetap jalan berharap kesembuhan dariNya tapi ikhtiar juga harus tetap jalan. Dokter adalah salah satu sebagai wasilah perantara menuju kesembuhan sementara kesembuhan itu sendiri adalah tetap hakNya Allah semata.

Entahlah karena cuaca sekarang yang memang tidak begitu bersahabat sebentar panas tapi bisa jadi tiba-tiba langsung hujan yang deras, atau memang daya tahan tubuh betul-betul menurun membuat virus mudah menyerang, Wallaahu a'lam, memang sudah jatahnya saya untuk sakit infeksi saluran pernapasan atas. Semua harus tetap dinikmati.

Si genduk Wawa dengan penuh perhatiannya sambil memijiti kepala saya kemarin bertanya " Bu..katanya kalo kita sakit nanti dosanya kita dihapuskan ya..? Itu katanya siapa siih..?". Sambil menahan sedikit geli saya jelaskan bahwa itu adalah perkataan Rosulullah SAW sebagaimana didalam hadistnya, "Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa" (HR. Bukhari).

Dengan sakit ini, saya tahu kasih sayangnya Allah yang tak terlampaui untuk saya puji dan syukuri, dan semoga kesembuhan ia hadiahkan pada saya. Karena menurut teman dekat yang ketika ngerti saya sakit langsung berkomentar," Aduh, kalo rodanya (rumah) yang sakit gitu gimana mau jalan tuuh ..". Teganya dia nyamain saya sama roda tapi mungkin betul juga istilahnya ya, roda harus segera diperbaiki, tapi yang pasti bukan diganti tooh..? Gawat dong kalau diganti !! Piss, canda dikit hehe...
Ya, perputaran kegiatan rumah tangga harus segera berjalan normal. Kasihan anak-anak, kasihan ayahnya anak-anak...

"Allaahummasyfii anta syaafin laa syifaa-a illa syifaa-uka syifaa-an laa yughodiru saqoman"


Bandung, Pebruari 22 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar