04 Oktober 2010

Bersamanya telah saya temukan ketentraman, cinta dan kasih sayang…..



Hari Minggu yang lalu salah satu sepupu perempuan dari suami menikah.
Sambil menunggu acara ijab kabulnya, saya yang menemaninya sempat bertanya, “Sudah berapa lama kenal calon suaminya..? Kenal dimana..? Berapa lama terus jadiannya..??
( Haha…. lumayan usil juga ya saya…nyadar sendiri.mode on)

Perasaan sih memang itulah pertanyaan-pertanyaan umumnya yang ditanyakan orang jika kita sudah ketemu jodoh. Jangankan sepupu yang akan jadi pengantin baru mendapat pertanyaan seperti itu, lha wong saya aja yang pengantin lama masih suka ditanya-tanya sama teman, tetangga, sama kerabat. Apalagi kondisi saya yang pindah-pindah mengikuti tugas suami. Maka punya teman baru lagi, tetangga baru lagi yang lalu menjadikan pertanyaan seperti itu terulang dan terulang lagi. Sampai kadang saya yang cuap-cuap bercerita merasa seakan memutar kaset itu-itu lagi. Tapi sungguh, saya tak pernah bosan untuk menceritakannya, juga akan semakin seru plus tambah semangatlah saya jika teman yang bertanya seringkali terbelalak penasaran dan penuh rasa heran jika saya menceritakan awal saya bertemu suami saya, hehe…( ‘ginilah kalo orang Palembang ‘kali ya...kadang cerita yang ringan saja bisa jadi heboh..)


Namun, seringkali di ujung cerita selalu saya sampaikan pada mereka-mereka yang terheran-heran, bahwa semua yang saya alami adalah semata karena campur tanganNya ALLAH, yang bersumber dari dahsyatnya berkah doa kedua orang tua saya.

Saya sendiri yang kemarin sempat ditanya salah seorang teman, doanya dulu apa kok bisa cepat dapat jodoh, dan minta tolong saya untuk mencatatkan doanya karena buat diamalkan adiknya.Yakin deh…saya sempat mengernyitkan dahi kebingungan. Karena sedikitpun saya dulu tak pernah muluk dan bermimpi yang neko-neko jika kelak mendapat jodoh. Saya hanya sempat curhat ringan dan canda-canda pada Ibu dan Ayah saya, bahwa kalau diizinkan Allah nantinya, saya pingin suami bukan orang yang satu daerah apalagi masih sanak famili. Maksudnya sih bisa pergi jauh kemana-mana biar tambah banyak saudara, jadi saudaranya tidak yang itu-itu saja. Lugu dan lucu ya…hehe Padahal sudah seperti jadi tradisi adat di daerah kami untuk saling menjodohkan anaknya dengan kerabat sendiri. Mungkin maksudnya baik karena telah sama-sama tahu persis kondisi antara keluarga masing-masing.

Seingat saya Ayah dan Ibu saya hanya tertawa menanggapi kelakar saya. Namun saya yakin Ibu dan Ayah saya waktu itu serta malaikat turut mengaminkan apa yang saya ucapkan.

Sehingga ketika teman saya tersebut bertanya apa doa saya sehingga bisa cepat dapat jodoh, membuat saya sedikit kembali menelusuri ke belakang. Benar, tak ada doa spesial yang saya minta pada Allah bagaimana nantinya jodoh saya. Saya hanya mengalir bagai air yang dengan bimbinganNya semata telah menemukan jodoh yang ternyata terjadilah semua sesuai dengan apa yang pernah saya utarakan pada orang tua saya.

Sstt..ada lagi nih yang malah bikin saya sendiri takjub akan karuniaNya Allah. Pernah terbersit dihati saya ingin suami saya itu orangnya sabar seperti ayah saya (yang tak pernah ada di memori saya beliau memarahi ibu saya ). Eh..Allah betul-betul Maha Teliti dan Mengetahui apa yang kita nyatakan pun apa yang kita sembunyikan. Sering hal ini saya ceritakan dengan ala guyon dihadapan anak-anak, “Ibu dulu pinginnya dapet suami sabar kayak almarhum Yai (kakek). Alhamdulillah Allah mengabulkan bahkan di luar pesanan ibu loh..Yang selalu membuat ibu berfikir akan bukti kekuasaan Ilahi, kok sampe andheng-andheng (tahi lalat) besar di jidatnya Ayah juga bisa sama ya sama Yai....” Hehe…Gusti Allah memang Maha Segala-galanya.

O ya, mungkin boleh mengingat sedikit, dulu salah satu sahabat dekat saya dari kecil pernah berkata kurang lebih begini, “Kita dak usah muluk-muluk laah ..kita dak mungkin dapet suami yang kerja kantoran. Abis pendidikan kita tidak tinggi sihh..orang yang kerja kantoran kan biasanya pinginnya istri yang sarjana…”

Jodoh sama halnya dengan kematian adalah “Sirrullaah”, benar-benar rahasia Allah dan merupakan tanda-tanda kebesaranNya. Yang mana kita sendiri tak bakalan mampu memprediksikannya. Target yang hendak kita capai akan impian seperti apa jodoh kita kelak bahkan kadangkala meleset jauh tak seperti yang kita harapkan.
Atau malah bisa jadi justru mendapatkan jodoh yang luar biasa, bahkan diluar dugaan kita juga bagi orang lain, sebab secara logika terkadang itu adalah hal yang tak mungkin dan mustahil. Sebagaimana halnya yang Allah karuniakan pada saya. Dengan jenjang pendidikan formal saya yang seadanya, Alhamdulillah, Allah mempercayakan saya jodoh yang teramat sangat luar biasa.

Suami tidak hanya dari suku, adat, tradisi dan bahasa yang tak sama bahkan jenjang gelar kependidikannyapun teramat jauh berbeda .

Suami yang telah menjadikan saya pintar dalam segala hal.

Suami yang dengan kehadirannya disisi saya telah membuat jalan bagi saya untuk lebih taqarrub, mendekatkan diri beribadah kepada Allah ta ‘ala.

Suami yang dengannya saya telah merasakan indahnya surga di dunia ( uppss…sengaja nih manas-manasin, khusushon yang belum nikah biar tambah kebelet deh..hehe..)

Suami yang dengannya Insya Allah saya akan selalu seiring sejalan dengan berbagai upaya dan usaha serta tak luput senantiasa berharap pertolonganNya untuk bisa menghantarkan tiga amanah, putra-putri kami, yang telah dititipkanNya menjadi manusia-manusia yang bermanfaat buat sesama dimanapun nantinya mereka berada.

Bandung, 10 Mei 2010..